Sejenak…

27 07 2008

Perjalanan hidup ini melelahkan, ya sangat melelahkan. Betapa tidak, di saat idealisme kita dihadapkan pada realita yang beraneka ragam corak dan warnanya, kita harus bertahan karena kita tidak ingin tujuan hidup kita yang jauh ternodai dengan kepentingan sesaat. Ini bukan soal halal atau haram terhadap dunia dengan segala keindahannya, tapi soal menyikapinya agar tidak tergiur dan terpedaya olehnya.

Gambaran ini dapat kita rasakan di saat harus mengatakan “tidak” di hadapan mereka semua yang berkata “iya”. Ketika ramai-ramai orang bicara ini, itu, dengan segala argumentasinya, tuntutan idealisme kita membisikkan kita untuk “diam”, tatkala orang lain menilai bahkan mengecam kita dengan tuduhan ini dan itu, idealisme kitapun hanya mengisyaratkan kita untuk sekedar senyum tanpa kata-kata. Di saat orang beretorika dengan segala keahlian bahasanya, idealisme kitapun hanya meminta kita untuk membaca pikiran di balik pikiran.

Terkadang tanpa terasa idealisme kita tergeser lantaran pikiran kita terbawa arus yang kita tidak menyadarinya. Belum lagi kondisi jiwa kita yang terus bergejolak mempengaruhi pikiran kita. Pikiran-pikiran itu selalu datang silih berganti tanpa kenal henti seiring dengan perjalanan hidup ini.

Memang, ini semua kita pahami sebagai “sunnah” kehidupan. Gelombang dan badai harus dipahami sebagai ladang ujian, problematika hidup merupakan hal tidak bisa dipisahkan dari hidup, pahit getir menjadi bumbu yang harus dirasakan oleh setiap kita, jatuh bangun adalah tangga yang harus dilalui dalam menggapai sebuah cita-cita.

Letih, lelah itulah yang sering kita rasakan, kita sering merasakan kejenuhan, bosan bahkan tidak peduli dengan kondisi. Namun jangan pernah ada perasaan pesimis apalagi putus asa karena di balik semua itu pasti ada sesuatu yang dapat kita jadikan pengalaman yang berarti. Dan yang kita perlukan adalah berhenti sesaat. Berhenti bukan berarti selesai atau sampai di sini. Berhenti untuk merenungi kembali perjalanan yang telah kita lalui, berhenti untuk memompa kembali semangat beramal, berhenti untuk mencas batrei keimanan kita agar tidak redup.

Kita butuh waktu untuk melihat kondisi jiwa kita agar tetap stabil dan tahan dalam menghadapi segalanya. Kita terkadang lupa bahwa ada yang harus kita tengok dalam diri kita, “ruh” kita. Kondisi ruh kita yang selalu membutuhkan suasana yang teduh, tenang sehingga ia menjadi kekuatan yang akan melindungi jiwa kita dari berbagai rintangan yang akan menghalangi kita. Kita memerlukan nuansa ruhiyah yang nyaman agar dapat berpikir jernih dan tetap semangat menjalani hidup ini. Kita butuh ketegaran jiwa dalam menghadapi hiruk pikuk hidup.

Inilah yang senantiasa diajarkan oleh Muadz bin Jabal RA kepada sahabatnya dengan ungkapannya yang menyejukkan hati “mari duduk sesaat untuk beriman”. Berhenti sejenak untuk menengok kembali kondisi keimanan agar tetap terjaga. Karena segala yang kita alami dalam hidup harus dihadapi dan bukan lari darinya, ingatlah bahwa lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah itu, bisa jadi justru akan menambah masalah baru. Memperbaharui keimanan akan membawa kita untuk memahami hakekat hidup ini dengan segala problematikanya. Mari kita sempatkan untuk selalu memperbaharui keimanan kita ditengah kesibukan dan hiruk pikuk kehidupan

Inspired dari kata-kata Adih Amin,Lc


Actions

Information

6 responses

29 07 2008
me

ya,,diamlah sejenak untuk menenangkan riak-riak lelah&penat.Hanya sesaat untuk menghirup udara dalam2 lalu mnghembuskannya. Bangkit!!adlh kesulitan&maslh yg akan mmbuat kita hidup.

29 07 2008
annitldari5bdg

Smangat2x BIG BANGnya !!
Terakhir ntm telpon ttg mslh sms center, kayaknya adrenalin sdh mulai meningkat, krn flow di sana jg mungkin sdh semakin tinggi. Hehe.

30 07 2008
sariyusriati

aslmwrwb..
punteun,, izin mo naro blognya kk d blogroll..
nuhun..

Smangat,, smangat,, \(^o^)/

3 08 2008
dhedia

Aww. fafah…
Ta’ link blognya ya…

_Dhede_

3 08 2008
dhedia

Duh, af1 k gilang, salah nulis pesan…

karena buka tab-nya banyakan, jadi lupa ngeliat ini blog punya siapa….^.^

Sekalian, ijin nge-link blognya ya k..

16 09 2008
rira nurmaida

“mari duduk sejenak untuk beriman” termasuk salah satu ungkapan yang paling kusuka…
namun saat iman merasuk mengisi matriks jiwa dan mengalir dalam setiap aktivitas, lelah dan letih itu jadinya indah

Leave a reply to me Cancel reply